Minggu, 20 April 2014

Refleksi Paskah



Salib Kristus adalah kebodohan dari ALLAH???
(Oleh: Victor Banoet)
Pokok teologi Paulus: “Salib Kristus adalah hikmat dan kearifan Allah” (1 Kor. 1:18-25).
Teks: “sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia” (ayt. 25).

A
pa yang bodoh? Allah melakukan kebodohan dari diri-Nya dalam sejarah dunia, dalam sejarah manusia? Ya!! Secara historis, pada faktanya, Allah pernah melakukan kebodohan dari diri-Nya. Dengan frasa yang amat menyenangkan dunia, “kebodohan dari-Nya telah dipentaskan”. Salib merupakan kayu palang, sebuah kreatifitas yang pernah disetujui-Nya untuk menampilkan kebodohan? Salib itu terlihat bodoh. Di sana tempat Kristus mati.  Dunia bertanya, bukankah itu bodoh?
            Dibandingkan dengan hikmat Allah, hikmat salib, sesungguhnya itulah kebodohan terbodoh dunia. Apakah salib itu? Kebodohan itu? Bukankah itu adalah kebodohan hikmat dunia? Kebodohan manusia? Hikmat dunia disalibkan di salib Kristus. Kebodohan dari Allah, telah menyalibkan kebodohan dunia, kita inilah. Christ event, oleh dunia, adalah kebodohan.
Salib Kristus, yaitu kreatifias Allah, di mata dunia adalah suatu karya yang kusam. Dan pemberitaannya adalah kebodohan bagi yang tidak memahaminya sebagai Hikmat Allah. Dunia mengatakan dirinya berhikmat, tetapi bahwa dirinya justeru dipermalukan ketika Kristus, sebagai hikmat Allah, tersalib dengan lemah. Ia merasa sakit. Tetapi apakah kesakitan-Nya adalah suatu keputusan hikmat Allah? Dunia pernah mengatakan tidak. Itu kebodohan. Ia meninggikan dirinya sambil menyerukan, sungguh karya yang tidak terkaryakan bagi kebijaksaan dunia. Sungguh harga yang tidak terhargakan bagi dunia. Dunia dulu pernah mengatakan, “bahkan menjualnya pun sebagai sebuah karya, tidak akan pernah diminati”.
            Di salib, dunia dipermalukan karena keangkuhan dirinya sendiri. Kebodohan dari Allah, yang pernah dilakukan dalam sejarah, telah mengajarkannya bagaimana berhikmat. Di salib, telah terjadi suatu ketidakmungkinan yang mungkin. Di salib, Allah telah menampilkan hikmat-Nya sekali untuk selama-lamanya. Kebodohan dari Allah mendidik dunia untuk berhikmat. Pengajaran hikmat justeru ada pada salib. Kepintaran justeru berasal dari salib itu. Kristus adalah hikmat Allah. Ia tersalib, bukan berarti bahwa Allah menyalibkan kebodohan-Nya. Melainkan bahwa Allah ingin mendidik kebodohan manusia. Kristus yang tersalib, telah menyerukan pengajaran-pengajaran dan memberi hikmat. Dunia dibukakan matanya tentang kebodohan dari Allah, yang justeru merupakan hikmat terbesar baginya. Sebab ia memandang dan berpikir, sebagai yang paling berhikmat?
            Kebodohan dari Allah, yang dilihat oleh dunia, telah menyalibkan kebodohan dunia, kebodohan kita inilah. Suatu anjuran hikmat dari salib ialah, salibkanlah pikiran dan kepintaran, agar berhikmat, sebagaimana Allah menunjukkan hikmat-Nya, yakni Kristus, dengan kerendahan diri dan kasih. Yang bodoh dari Allah, adalah hal ini. Salibkan kepandaian kita, untuk beriman. Sebab semuanya tak bermakna karena kesombongan dan keangkuhan. Akhirnya, salibkan keduanya ini, untuk belajar mengasihi dan rendah hati. “Karena Kristus, kita tidak mendapat hikmat yang tersalib, tetapi hikmat kebangkitan. Carilah hikmat pada salib, sebab ada hikmat pada salib Kristus, yang bangkit”. (G_g).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar