gefline.blogspot.com
Orang Kristen: SIMUL IUSTUS ET PECCATOR
(Dibenarkan Sekaligus Berdosa)
Victor J. Banoet
Dalam
membicarakan pandangan Luther ini, atau lebih umum dikatakan pandangan
reformator ini, kemudian diteguhkan lagi oleh Calvin, yaitu bahwa orang Kristen
walau telah mengalami pembenaran oleh iman akan sekaligus berdosa. Pandangan
ini dihasilkan dari proses pegumulan tetap suatu relasi hidup antara diri
sendiri dengan orang lain sebagai bentuk relasi personal dengan Kristus.
Maksudnya adalah bahwa secara realistis, pandangan reformator ini ingin
menekankan realitas pembenaran dengan fakta keberdosaan manusia yang
terus-menerus berlangsung. Sehingga pandangan ini, paling sederhana dapat
dikatakan demikian, yaitu bahwa status dibenarkan oleh Kristus tidak meniadakan
realitas dosa yang terus menghampiri kehidupan manusia. Realitas keberdosaan
itu memperoleh jalan masuknya dari perbuatan dan kebebasan hidup dalam iman.
Luther menyampaikan bahwa “Iman kita kepada Kristus tidak membebaskan kita dari
perbuatan, yaitu praanggapan yang sembrono bahwa pembenaran diperoleh melalui
perbuatan” (Treatise On Christian Liberty).
Kebebasan dalam iman mengikatkan diri seseorang kepada pelayanan terhadap
sesamanya. Dan pelayanan itu dihasilkan dari iman yang mengisyaratkan bahwa di
dalam mengalami Kristus, kebebasan itu ialah tidak tunduk kepada siapa pun.
Segala sesuatu tidak memperbudaknya. Demikian secara paradoxal, Luther
menyampaikan bahwa “seorang Kristen adalah bebas sepenuhnya dari segala
sesuatu, tidak tunduk terhadap siapa pun; sekaligus ia terikat sebagai pelayan
yang tunduk sepenuhnya pada semua orang”. Aksioma pertama, menyatakan bahwa
seorang Kristen menyatakan dirinya yang bebas adalah karena imannya. Ia bebas
dari segala peraturan. Karena itu, iman pun dapat menembusi suatu regulasi
hukum apa pun. Dan kebebasan itu menunjuk pada semangat hidup. Pada aksioma
kedua, walau manusia bebas, namun, ia juga terikat pada pelayanan terhadap semua
orang. Dan pelayanan itu berlangsung atas bimbingan yang sedemikian rupa oleh
Kristus, sehingga apa yang dilakukan adalah melebihi daripada yang dituntut
hukum.
“Dari
iman mengalirlah kasih dan kesukaan di dalam Tuhan, dan dari kasih mengalirlah
pikiran yang penuh sukacita, rela dan bebas, yang melayani sesama secara iklas
tanpa memperhitungkan rasa terima kasih maupun tak tahu budi, pujian maupun
cacian, untung maupun rugi. Karena orang melayani bukan supaya ia boleh
menempatkan orang lain di bawah kewajiban-kewajiban, tetapi dengan segala
kebebasan dan kerelaan dia mencurahkan diri dari semua yang ia miliki ....
seperti Bapa Surgawi telah secara bebas menolong kita di dalam Kristus,
demikian juga kita harus menolong sesama kita scara bebas melalui tubuh kita
dan pekerjaannya, dan setiap orang harus menjadi bagaikan Kristus bagi orang
lain, sehingga kita dapat menjadi “kristus-kristus” satu sama lain dan Kristus
dapat menjadi sama bagi semua; artinya, bahwa kita dapat menjadi orang Kristen
sejati.”
Bagi Luther, orang Kristen dibenarkan sekaligus
berdosa dilihatnya secara kualitatif. Maksudnya adalah bahwa karena kualitas
pembenaran menghasilkan suatu kebebasan dalam iman. Sedangkan ia secara tegas
menyatakan bahwa orang Kristen tetaplah seorang dan membutuhkan kemurahan
pembenaran Allah setiap waktu. Baginya orang Kristen pada status dibenarkan
sebagai kemurahan Allah adalah sekaligus berdosa dan kemurahan Allah akan tetap
menjadi daya hidupnya. Itulah sebabnya, mangapa ia menyampaikan juga bahwa
manusia adalah pendosa dan sekaligus bukan pendosa.
Orang benar baginya hidup dalam dua realisme
sekaligus, yaitu realisme dibenarkan dan berdosa. Dalam segala tindakan moral
terbaiknya, manusia adalah tetap dalam realisme keberdosaan. Sehingga baiklah
bagi seorang Kristen, dalam segala tindakan yang dianggapnya baik, sesungguhnya
secara definitif dapat terjatuh dalam keberdosaan.
“Saya menegaskan bahwa yang terbaik dari kelakuan
orang-orang percaya adalah ternoda dan terusakkan oleh suatu kenajisan. Coba
saja setiap hamba Allah yang kudus memilih dari seluruh hidupnya, tindakannya
yang ia yakini sebagai yang terbaik, dan biarlah ia memeriksanya dengan teliti
dari segala seginya, niscaya ia akan mendapati di dalamnya suatu noda kejahatan
daging”.
Dalam hal ini, secara implisit, ingin disampaikan
bahwa sebuah pengampunan termasuk dalam sebuah realitas. Dalam perbuatan
apapun, tidak luput dari sebuah kegelisahan bahwa adanya keberdosaan dalam
tindakan. Akan tetapi, dengan bebas, berani bahwa berbuat sesuatu hal karena
iman dalam pembenaran itulah, dalam realitas apa pun, kemurahan dan pengampunan
Allah terus berlangsung tanpa henti. Hal ini paling mudah memaklumi kualitas
manusia di hadapan Allah sangat berbeda jauh. Karena itu ada perbedaan
kualitatif antara perbuatan Allah dan perbuatan iman. Karena itu, Calvin yang
memperteguh pandangan ini, menekankan juga rasa penundukan diri secara total di
hadapan Allah.
Dari perspektif itulah, yaitu bahwa pengampunan dan
kemurahan Allah yang nyata bagi setiap tindakan manusia, maka Luther dengan
lantang ia menyatakan bahwa “beranilah berdosa, tetapi lebih beranilah
percaya”. Ini bukanlah sebuah anjuran romantis terhadap dosa, yaitu bahwa
kesukaannya ialah berbuat jahat, tetapi sebuah teguran terhadap kesadaran
Kristen untuk tetap berjuang bahwa hidup pun melibatkan dosa. Dan bahwa manusia
sungguh-sungguh sadar akan dirinya yang tidak bisa lari dari dosa. Simul
iustus et peccator, sesungguhnya adalah sebuah pencerahan tentang suatu
tindakan iman yang bebas. Maksudnya adalah bahwa, agar suatu iman dalam
aplikasinya atau perannya dalam kehidupan ini sungguh-sungguh berlangsung
bebas. Pandangan ini adalah sebuah nasihat berharga bagi orang Kristen yang
takut kepada dosa sehingga mereka menolak untuk bertindak atau berperan secara
aktif dan bebas menyembah Allah dalam setiap peristiwa kehidupan. Orang
benar-benar berani bertindak, karena sumber dayanya bukanlah suatu keadaan
tanpa dosa (oleh pembenaran), melainkan kemurahan Allah (hal ini turut
membenarkan dan menopang pandangan eskatologis pula, yaitu dalam
kekurangan-kekurangan hidup, Kristus menjadi titik tolak penggenapan dan penyempurnaan
kehidupan nanti). Akhirnya, seperti pernyataan J. Dillenberger dan C. Welch,
bahwa, “keyakinan dan kekuatan ini yang membebaskan berdasarkan penemuan
kembali dari Alkitab. Melalui penerimaan Allah yang tanpa syarat terhadap manusia, manusia dibebaskan dari
perhitungan, ketakutan dan bekerja dengan penuh tanggung jawab di dalam dunia”.
Ia adalah orang yang senantiasa diampuni, yang tidak mengandalkan apa pun yang
lain, dan yang kehidupan duniawinya adalah sebagai orang kudus dan orang
berdosa. Inilah hakikat natural orang Kristen.
Merkur & Ferencia: Merkur & Ferencia Merkur
BalasHapusMerkur & Ferencia merkur - Merkur & septcasino Ferencia Merkur in Solingen, Germany - Merkur https://octcasino.com/ - Merkur https://febcasino.com/review/merit-casino/ Merkur - MERKUR - Merkur & Ferencia www.jtmhub.com Merkur 나비효과